Hesperian Health Guides

Bab 12: Ketahanan pangan warga masyarakat


HealthWiki > Panduan masyarakat untuk kesehatan lingkungan > Bab 12: Ketahanan pangan warga masyarakat


Pada bab ini:

Women with shopping bags talk at an outdoor market.

Untuk menjaga kesehatan, orang perlu makan makanan yang bergizi. Jika kita tidak dapat menanam, membeli, atau barter makanan yang untuk keluarga dan kita sendiri maka kita menghadapi kelaparan, kurang gizi, dan banyak gangguan kesehatan lainnya.

Ketahanan pangan artinya semua orang mendapatkan makanan yang aman dan bergizi sepanjang tahun agar hidup aktif dan sehat. Ketahanan pangan juga berarti makanan diproduksi dan didistribusi sedemikian rupa untuk membangun lingkungan yang sehat, masyarakat yang mandiri, dan menyediakan makanan yang cukup untuk semua orang dan seluruh lapisan masyarakat.

Kelaparan disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah karena lingkungan – seperti tanah yang tidak subur, perubahan iklim, dan air yang tidak mencukupi. Kelaparan karena alasan-alasan ini dapat di tanggulangi melalui usahatani secara berkelanjutan dan penggunaan lahan serta sumberdaya air yang lebih baik (lihat Bab 6, Bab 9, Bab 10, dan Bab 11).

Penyebab kelaparan lainnya berkaitan dengan politik, seperti harga-harga pangan yang tidak wajar, tak ada lahan untuk menanam bahan pangan, dan adanya perusahaan yang mengendalikan sistem pemasaran bahan makanan. Kelaparan timbul karena hal-hal ini dan karena alasan politik lainnya dapat di kendalikan melalui pengelolaan warga masyarakat.

Untuk menghasilkan bahan makanan kita memerlukan lahan, air, peralatan, benih, dan pengetahuan tentang cara bertani. Agar semua orang mendapat cukup makanan, kita membutuhkan distribusi yang wajar, harga bahan pangan yang terjangkau, pasar-pasar lokal, dan keamanan pangan. Untuk mencapai ini semua kita harus menciptakan suatu dunia yang adil dan keberlanjutan. Hanya dengan mengusahakan sebuah lingkungan yang sehat dan keadilan sosial kita dapat menjamin ketahanan pangan bagi semua orang.

Perubahan cara berusahatani

Di Prey Veng, Kamboja, sejak dulu masyarakat telah menghasilkan beras yang jumlahnya cukup untuk mereka makan. Bersama dengan beras, secara tradisional mereka makan tanaman liar, ikan, belut, ular dan khewan lainnya yang ada di sawah, disamping buah, kacang-kacangan, dan umbi-umbian dari hutan, dan daging hasil khewan buruan. Menu makan ini membuat mereka sehat sepanjang tahun, kecuali pada saat perang atau banjir.

Lebih dari 40 tahun yang lalu pemerintah mulai menganjurkan beberapa metode usahatani baru untuk meningkatkan produksi beberapa bahan pangan utama, seperti beras, untuk ekspor. Metode-metode baru ini merupakan bagian dari perubahan di bidang pertanian di seluruh dunia, yang dinamakan Revolusi Hijau. Revolusi Hijau mendorong penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi untuk menghasilkan beras lebih banyak daripada cara-cara tradisional. Juga digunakan sistem irigasi skala besar dan mesin-mesin untuk menanam dan memanen.

Ketika mereka mulai menggunakan cara-cara usahatani yang baru ini, masyarakat di Prey Veng mampu menghasilkan beras dalam jumlah besar untuk dijual. Mereka menggunakan uangnya untuk memperbaiki rumah-rumah, membangun jalan-jalan, dan membeli barang-barang pribadi seperti pakaian dan radio. Penduduk desa tidak lagi menggunakan pupuk kandang, tidak lagi melakukan rotasi padi dengan palawija, dan juga berhenti menggunakan metode usahatani tradisional.

Metode-metode baru ini berhasil dengan sangat baik untuk memproduksi satu jenis tanaman di areal yang luas, dan meningkatkan produksi beras mereka. Tapi beberapa waktu kemudian mereka mendapati bahwa lahan mereka berubah dan menu makan mereka juga berubah. Herbisida sudah membunuh tanaman liar yang sebelumnya dimakan oleh warga desa. Ikan dan bahan pangan liar lainnya jarang tumbuh. Dari tahun ke tahun makin banyak uang yang mereka belanjakan untuk membeli bahan kimia dan tidak punya makanan lain untuk dimakan selain nasi. Tak lama kemudian, tanah di lahan mereka tidak lagi menumbuhkan tanaman yang sehat, dan panen beras pun mulai berkurang.

Ketika warga desa berkumpul untuk mendiskusikan makin banyaknya orang yang kelaparan, mereka ingat akan cara usahatani lama yang menanam tanaman campuran, rotasi lahan, dan pupuk alami untuk menanam tanaman sepanjang tahun. Mereka melihat banyaknya manfaat cara usahatani tradisional, dan memutuskan untuk berubah mengikuti cara lama kembali. Mereka juga mulai mencoba cara baru seperti menanam padi dengan jarak tanam yang lebih rapat dan menanam bermacam-macam tanaman di lahan yang sama.

Farmers work in a rice paddy, as birds fly and fish jump.

Ada beberapa tahun mereka mengalami kelaparan sewaktu mereka memulihkan kesuburan tanah setelah banyak menggunakan bahan kimia, tetapi sekarang warga desa Prey Veng punya lebih banyak pangan. Makin sedikit beras yang dapat mereka jual, tetapi makin banyak jenis makanan yang dapat mereka makan. Seperti yang dikatakan Meas Nee, salah satu tetua desa, “Karena kita menanam bahan makanan dengan cara seperti yang dilakukan para leluhur kita, maka para leluhur lebih senang, lahan lebih senang, dan kita lebih sehat.”


Halaman ini telah diperbarui pada tanggal:05 Jan 2024