Hesperian Health Guides
Apa yang dimaksud ketahanan pangan?
HealthWiki > Panduan masyarakat untuk kesehatan lingkungan > Bab 12: Ketahanan pangan warga masyarakat > Apa yang dimaksud ketahanan pangan
Untuk memahami masalah apa saja yang dihadapi warga dalam usaha mendapatkan makanan sehat secukupnya, perhatikan berbagai hal yang secara keseluruhan menjamin ketahanan pangan.
Bahan pangan yang terkontaminasi oleh pestisida, bahan kimia beracun, kuman-kuman, atau bahan pangan hasil rekayasa genetika (RG), mungkin tersedia, tetapi tidak akan memberi menu makan yang aman dan sehat. Juga, tanpa tempat memasak yang bersih dan cukup waktu serta cukup bahan bakar untuk menyiapkan makanan, orang sering makan terlalu banyak makanan olahan, yang dapat memicu gangguan kesehatan.
Daftar isi
10 benih
Kegiatan ini dapat membantu masyarakat memutuskan masalah ketahanan pangan apa saja yang paling penting bagi mereka, dan kemudian membantu mendorong mereka untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan ketahanan pangan masyarakat.
Waktu: 2 jam
Bahan: benih per kelompok, bolpen atau spidol warna, kertas poster besar.
- Bagi peserta dalam kelompok-kelompok terdiri dari 8 sampai 10 orang per kelompok. Minta setiap kelompok menceritakan tentang hal-hal apa saja yang memperkuat ketahanan pangan, misalnya produksi bahan pangan, penyimpanan bahan pangan, kredit, toko-toko dan pasar-pasar yang menjual makanan sehat, lahan yang baik untuk menanam tanaman pangan, dan seterusnya. Warga pedesaan yang bertani, berburu, dan memancing akan mempunyai masalah ketahanan pangan yang berbeda dengan mereka di kota besar. Bicarakan mengenai hal-hal lain yang memperkuat ketahanan pangan di tempat Anda. Pada selembar kertas poster besar, tulis atau gambarkan bagian-bagian yang menyusun ketahanan pangan.
- Berikan 10 benih pada tiap kelompok dan minta mereka menentukan bagian ketahanan pangan yang mana yang menimbulkan masalah dalam lingkungan mereka, dan meletakkan lebih banyak benih untuk masalah yang paling berat. Sebagai contoh: apakah beberapa keluarga mengalami kelaparan akibat buruknya cara penyimpanan bahan makanan? Atau karena tidak ada kendaraan untuk mengangkut bahan pangan ke pasar, atau tidak ada pasar sehingga Anda tidak bisa membeli bahan makanan? Atau karena hama tanaman, tanah yang tidak subur, atau kekurangan air? Cara ini akan membantu kelompok menentukan bagian terlemah dari ketahanan pangan mereka. Masing-masing orang akan mempunyai masalah yang berbeda. Usahakan masalah tiap orang didengar.
- Setelah tiap kelompok menentukan masalah terpenting dalam ketahanan pangan mereka, diskusikan adakah sumberdaya setempat yang dapat membantu. Jika produksi bahan pangan merupakan masalah terbesar, adakah orang yang tahu dan trampil untuk mulai membangun kebun di rumah, atau untuk memperbaiki cara berusahatani? Bila penyimpanan bahan pangan adalah masalah terbesar, adakah masukan untuk memperbaikinya? Jika tak ada pasar, adakah jalan untuk membuka toko koperasi yang menjual makanan sehat? Atau untuk membeli atau patungan membeli truk untuk membawa makanan ke tempat warga? Masukan apa pun dihargai.
- Setelah berdiskusi mengenai kemungkinan jalan keluarnya, minta setiap kelompok menggunakan kertas poster besar yang lain untuk menggambar atau menuliskan jalan keluar yang dirasa paling praktis. Kemudian bagikan 10 benih di antara semua jalan keluar yang dituliskan, letakkan lebih banyak benih di dekat jalan keluar yang nampaknya lebih mungkin dilakukan.
- Setelah setiap kelompok menentukan masalah dan jalan keluarnya, kumpulkan peserta dalam kelompok yang lebih besar. Dengan menggunakan 10 benih lagi atau sekedar pemungutan suara dengan mengangkat tangan, pilih 1 atau 2 jalan keluar yang paling populer. Bicarakan bagaimana melaksanakan jalan keluar ini. Siapa yang harus dilibatkan, dan sumberdaya apa yang warga dapat berikan? Kapan dapat dimulai? Tentukan tujuan jangka panjang, seperti “dalam 2 tahun, tidak akan ada lagi warga kita yang kelaparan.” Juga tentukan tujuan jangka pendek, seperti mengumpulkan sumberdaya warga setiap bulan untuk membuka toko dalam waktu 3 bulan, atau menyiapkan lahan untuk penanaman pada awal musim tanam.
Gizi dan ketahanan pangan
Kurang gizi kering: anak ini hanya tinggal tulang dan kulit. |
Jika orang sakit atau kurang gizi, mereka jadi kurang aktif dan kurang mampu menghasilkan bahan pangan, mengangkut air, dan memelihara kebersihan rumah dan kebersihan lingkungan. Tapi jika makanan sehat tersedia, diproduksi secara berkelanjutan, dan dapat diperoleh di pasar lokal, maka orang mempunyai akses ke menu makan yang sehat dan bervariasi.
Jika kita tidak makan sehat tubuh akan menjadi lemah dan menyebabkan:
- diare parah, terutama pada anak-anak.
- campak masa kecil jadi lebih berbahaya.
- kehamilan dan kelahiran beresiko, dan bayi lahir terlalu kecil atau dengan kekurangan seperti perkembangan mental lambat.
- anemia (kurang darah), terutama pada wanita.
- tuberkulosa jadi lebih banyak, dan lebih cepat memburuk.
- diabetes, suatu penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh memanfaatkan gula secara benar, jadi lebih banyak.
Kurang gizi basah: anak ini hanya tinggal tulang, kulit, dan air. |
- masalah kecil seperti flu jadi lebih sering muncul, dan seringkali lebih parah hingga memicu radang paru-paru dan bronkhitis.
- penderita HIV atau AIDS memburuk lebih cepat, dan obat-obatannya tidak bekerja dengan baik.
- silikosis (penyakit paru-paru kronis akibat terlalu lama menghirup debu silika), asma, keracunan logam berat, dan gangguan lain disebabkan oleh kontak dengan bahan kimia beracun (lihat Bab 16 dan Bab 20) jadi lebih banyak dan lebih parah.
Anak-anak yang kekurangan gizi pertumbuhannya lambat dan sulit belajar di sekolah, atau terlalu lemah untuk pergi ke sekolah.
Kekurangan gizi secara khusus merupakan masalah pada anak-anak dan harus ditangani segera.
Makanan olahan cepat saji (Junk food) adalah makanan tak sehat
Ketika orang tidak mempunyai lahan untuk menanam tanaman pangan, hidup di kota besar yang padat, tidak mampu membeli makanan sehat di pasar, atau kehilangan tradisi budaya yang membantu mereka makan makanan yang sehat, maka akhirnya mereka seringkali memakan makanan “sampah (junk food)” yang bergizi rendah. Makanan jenis ini sering diolah lagi dengan cara yang mengakibatkan gizinya terbuang, menggunakan bahan kimia, digoreng dengan minyak, dan terlalu banyak mengandung gula atau garam. Dalam jumlah sedikit, makanan seperti ini memang tidak membahayakan. Tapi jika orang sering makan secara berkala dan tidak makan makanan lain yang lebih bergizi, maka makanan ini akan menghambat penyerapan gizi yang kita butuhkan.
Orang yang makan lebih banyak junk food, memperbesar kemungkinan mereka menjadi gemuk dan mengidap gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, lumpuh karena sumbatan pembuluh darah, batu empedu, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Inilah penyebab orang kekurangan gizi dan sekaligus kelebihan berat badan.
Di seluruh dunia, petani diusir dari lahannya. Lahan yang semula menghasilkan makanan bagi warga setempat kini menanam tanaman untuk ekspor. Pertumbuhannya dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan yang menguasai lahan, benih, pasar, dan cara makanan itu disebarluaskan. Hal ini bukan hanya membahayakan petani tapi juga membahayakan kita semua.
Makanan sehat jadi makin sulit didapat. Di banyak kota besar, lebih mudah membeli makanan “sampah”, alkohol, dan obat-obatan ilegal daripada mendapatkan buah segar dan sayuran. Hal ini membuat perubahan besar pada pola makan kita hanya dalam beberapa generasi saja. Kakek-nenek kita dulu kebanyakan memakan makanan yang dibuat dari bahan-bahan segar, sekarang orang makan terlalu banyak makanan olahan yang bergizi rendah dan mengandung pengawet, perasa, pewarna, dan banyak pemanis (sirup gula dan sirup jagung), garam, dan lemak. Jadi, meski saat ini kita makan lebih banyak dibandingkan orang dulu, tapi makanan yang kita makan saat ini kurang sehat.
Hanya beberapa generasi yang lalu warga asli Amerika mempunyai menu makanan sehat hasil berburu, bertani, dan mengumpulkan dari alam. Ketika daging, sayuran dan buah mulai langka, mereka masih tetap dapat mengumpulkan ”bahan makanan yang masih bertahan hidup” seperti umbi, benih, kulit kayu, dan khewan-khewan kecil.
Sekitar 100 tahun yang lalu, pemerintah Amerika mendesak warga asli untuk tinggal di kawasan penampungan dan tidak membolehkan mereka berburu atau memancing. Bukannya memberi mereka makanan yang biasa mereka makan, pemerintah memberikan tepung gandum, gula putih, dan lemak babi (lemak khewan olahan). Hingga saat ini, banyak warga asli Amerika masih makan makanan dari pemberian pemerintah. Di beberapa kawasan penampungan, satu-satunya makanan yang masih tersedia adalah makanan “sampah” gorengan. Bahkan mereka yang tidak menerima makanan dari pemerintah seringkali makan makanan yang buruk karena mereka tidak punya pilihan lain.
Karena mereka dipaksa untuk makan banyak makanan bergizi rendah, dan karena mereka tidak punya makanan yang dibutuhkan oleh tubuh mereka, banyak warga asli Amerika yang kelebihan berat badan dan menderita penyakit jantung dan gangguan kesehatan lain yang berkaitan dengan buruknya menu makan. Penyakit gula atau diabetes saat ini merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di kalangan warga asli Amerika.
Masalah ini membuat beberapa warga asli Amerika mulai menghidupkan kembali kebudayaan mereka dan kesehatan mereka dengan mengembalikan makanan tradisional. Mereka menanam jagung, kacang-kacangan dan labu, mengumpulkan padi liar, memancing, dan memelihara kerbau untuk mendapatkan daging. Richard Iron Cloud, seorang petugas kesehatan warga asli Amerika dari Lakota Nation, mengatakan, “Perubahan dalam tradisi budaya, gaya hidup, dan kebiasaan makan menyebabkan meningkatnya penderita diabetes. Dengan mengembalikan cara makan nenek moyang kita dapat membuat penyakit itu menjauh lagi.”
Tradisi bertani, seperti memelihara bermacam-macam tanaman sekaligus, dapat menjamin kesehatan tubuh dan melindungi lahan untuk generasi selanjutnya. |